Firman
minggu 15 juli 2012
Oleh :
Sepsianto
Ragu
ragu adalah perbuatan yang di lakukan dengan setengah hati, curiga bahkan tidak
percaya, apakah kita termasuk kedalam orang yang ragu ragu dalam pengakuan
keimanan kita…? Mari kita tengok kedalam diri kita masing masing, terkadang
dalam kita menguji diri kita dengan keimanan kita seringkali keragua raguan itu
datang. Karena dengan pertimbangan ini dan itu, sehingga muncul pertanyaan apa
ia …? Apa bukan begini..? apa bukan begitu…? Kok bisa sih, masa..? dll itulah
pertanyaan pertanyaan yang ada ketika kita di hantui oleh keragu raguan.
Sehingga Keimanan yg mestinya kita pegang teguh kita mempertanyakannya dengan
pertimbangan pertimbangan yang LOGIS dengan menggunakan Ukuran Manusia.
Jika
dulu Iblis dengan berbagai macam cara untuk bisa menggoda dan merayu manusia
dan selalu mencari di mana pun keberadaan manusia untuk di jadikan teman teman
nya, maka pada saat ini bukan lagi iblis yang rajin dan aktif mencari manusia,
jstru malah sebaliknya Manusialah yang
rajin mencari Iblis dengan segala perbuatannya,kepengin cepat kaya tetapi malas
bekerja maka si manusia datang ke Iblis,yang bekerja tetapi masih belum cukup
mencari cari celah unutuk bisa merauk keuntungan pribadi dengan berbagai dalih,
Yang bertani bersusah payah peras keringat memohon katanya kepada Allah tetapi membawa sesajen ke sawah, Jadi jika
kita tetap hidup dalm keragu raguan dan bimbang sudah jelas kita telah di
sesatkan oleh Iblis dengan pengertian pengertian jasmani.
Jika
kita lihat dalam Ibrani 11:6 Tetapi tanpa Iman
tidak mungkin orang berkenan kepada Allah , sebab barang siapa berpaling
kepada Allah ia harus percaya bahwa
Allah memberi upah kepada orang yang sungguh sungguh mencari Dia.
Sungguh
sungguh berarti tidak ada keragu raguan percaya sepenuhnya, padahal Yesus telah
sering dan banyak menunjukan tentang arti kepercayaan “misalnya di Yoh 8 : 24
Sebab jikalau kamu tidak Percaya Akulah DIA kamu akan mati dalam dosa mu.
Marilah
kita lihat contoh :
Lukas
18:18-27.
Dikisahkan
ada seorang Kaya bertanya kepada Yesus dengan keyakinannya bahwa dia adalah
orang yang baik karena sudah menuruti semua hukum-hukum Taurat dan perintah
agama,
Dia
bertanya "Guru yang BAIK, apa yang
harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" .
Kemudian
jawab Yesus: "Mengapa kaukatakan Aku BAIK
? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja"
Jawaban
Yesus ini merupakan jawaban yang sulit untuk dicerna ,Mari kita coba pahami apa
maksud pertanyaan orang kaya tadi kepada Yesus. Bahwa Ketika dia melihat Yesus,
dia menyebut Yesus baik untuk alasan yang keliru.dia tidak mengerti bahwa Yesus
adalah Allah, yang ia gunakan adalah ukuran Manusia bukan Ukuran Alllah. dan dia hanya melihat Yesus sebagai "guru", dan oleh sebab itu,
dia mengira Yesus adalah juga seorang yang baik (Baca ayat 18) seperti
pemahamannya terhadap dirinya sendiri yang sudah berusaha menjadi orang baik.
Mari
kita lihat di ayat 18:25 Sebab lebih mudah
seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam
Kerajaan Allah." Hal inilah jika kita mengunakan ukuran Manusia untuk
urusan urusan Iman. Karena orang kaya
tentu akan menimbang nimbang akan mengkalkulasi dengan hitungan hitungan yg
logis dengan menggunakan logika. Hal ini kita bisa liat ketika si kaya itu
merasa telah melakukan Semua perbuatan baik dan melakukan Hukum Allah dalam
ayat 18:22 Mendengar itu Yesus berkata
kepadanya: "Masih tinggal satu hal lagi yang harus kau lakukan: juallah
segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka
engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah
Aku."
Maka
keragu raguan itu datang ketika yesus mengatakan hal itu.
Pemahaman
yang serupa oleh karena menggunakan pemikiran manusia juga di lakukan oleh
Yohanes ketika akan membaptis Yesus, “ Inikah sang Mesias itu yang akan ku
baptis atau harus nunggu Mesias yang lain.
Disini
Yesus Kristus mengajarkan bahwa percaya pada kehidupan yang baik; atau
melakukan perbuatan yang baik tidak akan memberikan kehidupan kekal.(tidak
cukup) Dalam Yesaya 64:6 tertulis "Demikianlah kami sekalian seperti
seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian
menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun
dilenyapkan oleh angin". Sebab apabila untuk mendapat keselamatan
didasarkan dengan perbuatan baik, untuk apa Tuhan Yesus datang?.
dalam
beberapa contoh pengalaman kita bisa
simpulkan bahwa Kepercayaan itu adalah
suatu kepastian tanpa harus di buktikan. Namun karena kedagingan kita dan karena
keraguan kita terkadang kita percaya jika kita melihat Bukti (Logika) seperti
yang di lakukan Tomas ketika Yesus datang menemuinya.
Tetapi
kita mesti bisa berpegang pada Yoh 20 : 29 Berbahagialah mereka yang tidak
melihat namun Percaya.
Maka
jelas lah sudah bahwa Kepercayaan itu
adalah suatu kepastian tanpa harus di buktikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar