Catatan dari
sebuah Tuntunan Oktober 2025
Oleh
Ps.Sepsianto
Modernisme dalam era globalisasi
telah banyak mempengaruhi dalam Iman dan kepercayaan, gaya hidup moderen telah
banyak mempengaruhi dalam setiap sudut kehidupan saat ini modernisme mengajak
kepercayaan pada akal budi manusia secara universal.
Dalam hal ini diyakini bahwa
hanya akal budi yang dapat membawa kepada kebenaran dan kemajuan, yang
berakibat kepada banyak orang semakin curiga terhadap kebenaran dan kebebasan
tradisi yang di wariskan (Sopan santun, tatakrama, unggah ungguh, dll) termasuk
dalam ajaran keimanan dalam hal ini
ajaran gereja. Yang di sukai adalah kebebasan dan otonom induvidu untuk
bernalar bagi dirinya sendiri. ( ketika pengetahuan dan kemampuan berpikir
meningkat maka akan merelatifkan dosa, kebenaran ajaran gereja di ukur dengan
kemampuan berpikir dan realita kehidupan, dengan tolak ukur duniawi dan
rasional) hal ini di hawatirkan akan berdampak kepada kebenaran yang bersifat
subyektif, hal ini akan membawa kepada dasar dasar agama , moralitas dan budaya
telah terkikis, membuat banyak orang mengalami disorientasi dan tidak memiliki
pegangan (memahami semua Agama, kepercayaan sama saja)
Salah satu gagasan tentang
modernisme adalah gagasan tentang “ Kemajuan”
dimana ketika tdak mengikuti dengan perkembangan zaman dan teknologi
dianggap sebagai sebuah ketertinggalan , kurang pergaulan, kolot, kuno dll.
Dalam era globalisasi di mana teknologi informasi bertumbuh pesat bahkan sampai
ke pelosok pelosok pedalaman pun dapat mengaksesnya, dimana orang makin
mempertanyakan, hak dan kebebasan berpendapat sehingga tanpa filter yang ketat
akan berdampak kepada, pertumbuhan yang tidak sehat, termasuk dalam pertumbuhan
dan perkembangan Iman dan kepercayaan, di mana kebebasan untuk mengakses
informasi bisa dengan bebas termasuk informasi informasi tentang agama dan
kepercayaan.
Memang betul bahwa ilmu
pengetahuan dan teknologi meningkatkan konektifitas, penyebaran informasi
(termasuk Religi) tetapi filter yang di lakukan oleh lembaga lembaga keagamaan
sering kali jebol oleh pemikiran pemikiran yang egocentris, dan kebebasan hak.
Dogma terbesar di zaman ini
adalah gagasan tentang kebebasan induvidu hal ini bukan hal yang buruk tetapi
pengertian Moderen tentang “Kebebasan” adalah sesuatu yang serikalai dilakukan
tanpa pertangung jawaban atau komitment ilahi. ( hanya berorientasi kepada hal-hal
duniawi, kemanusiaan, perbuatan baik,) mengabaikan orientasi ilahi. (Segala
sesuatu di raih hanya oleh usaha sendiri, kerjakeras, pengetahuan,
latarbelakang dll )sehingga ‘ Allah dan komitment apapun yang bermakna iman di
singkirkan dari pandangan ( ini tentang Hak saya, Pilihan saya , pendapat
saya, dan ekspresi dari saya) saya telah tumbuh dewasa sehingga dapat
menentukan pilihan saya termasuk urusan saya dengan Tuhan.”) sahingga banyak anak anak Allah yang
meninggalan Tawaran Keselamatan, dengan menentukan pilihannya sendiri yang di
raih dari berbagai informasi dan pengaruh lingkungan dengan argumentasi
logikanya.inilah era Self I (Egocentris)
yg bisa mengumpulkan umpan balik dengan kesukaan ( likes) atau pengikut
( Followers) dimana yang di hasilkan adalah kebahagiaan dimana bisa hidup
dengan gaya konsumerisme, semakin hari makin banyak pilihan , apa aja ada akses
mudah tidak mampu bisa credit dll, tanpa disadari hal ini pengajaran yang tidak
akan pernah terpuaskan namun justru memper budak kita pada Narsisme (terlalu
PD), kesepian, depresi, matrialisme dan Utang. Dalam menyikapi hal ini di
harapkan kepada Anak anak Allah untuk bisa mempertahankan nilai nilai Iman dan
penguasaan/ Pengendalian diri ( Buah Buah Roh)