Kamis, 27 Oktober 2016

MENGAMPUNI dan KEMUNAFIKAN



Renungan dari sebuah pelayanan
Oleh : Sepsianto



Kejujuran tidak datang dari luar, melainkan datang dari dalam diri manusia ketika seseorang mengakui kebenaran dalam hatinya, tidak curang, iklas,rendah hati, tak munafik dan pemaaf sikap manusia ini lah yang sering kali kita telah berdusta pada diri kita sendiri, ketika membahas pengampunan, kita akan menjadi makhluk yang paling munafik ketika kita membahas mengenai Pengampunan, karena pengampunan adalah masalah yang sangat serius dalam satu kehidupan, baik secara sosial maupun rohani, karena bukan hanya masalah sikap tetapi juga ketulusan dan kejujuran yang benar benar Betul.



Terkadang kita bisa mengampuni/memaafkan secara lisan ( sikap  mengampuni) secara sosial kita memang telah mengampuni/memaafkan sesama kita. tetapi terkadang hati dan pikiran kita masih mengingat keburukan, kejelekan, kesalahan Orang lain bahkan hal itu juga kita ceritakan kepada orang orang meskipun kejadiannya sudah bertahun tahunu lamanya. Biasanya orang yang belum mampu mengampuni akan sangat sulit untuk pengendalian dirinya ( mendapatkan buah roh yg ke 9 ) karena dalam dirinya tidak ada damai ( kejengkelan di bawa terus) tak bisa bersuka cita dan tidak tenang ( penuh khawatir dan curiga) yang mengakibatkan Tidak bahagia , gelisah dan lain lainnya, hal ini berarti kita tak bisa melupakan kesalahan orang lain kepada kita ( belum bisa mengampuni secara total) dan hal inilah yang kita sebut sebagai kemunafikan dalam pengampunan.  inilah yang di gambarkan oleh yesus dengan cerita  seorang “Hamba” yang berhuang banyak kepada “Raja” ketika si hamba ini di bebaskan dari segala hutangnya yang sangat besar, tetapi “Dia” sendiri menghutangkan kepada temannya dan menagih hutangnya dengan tanpa toleransi bahkan ingin mencekik dan menjebloskannya dalam penjara. (Mts 18 : 28)  jangan jangan kita telah menjadi sama dengan si Hamba ini.

Ketika kita bicara Sikap moral yang sejati, yang berasal dari hati yang bersih, lalu diterjemahkan ke dalam tutur kata dan perbuatan, si hamba ini pun belum bisa melakukannya, seperti yang tertulis dalam Efesus 4 : 32 Tetapi hendaknya kamu ramah seorang terhadap yang lain,penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam kristus telah mengampuni kamu.  Kita bisa lihat si hamba ini  “Ramah” tidak,   “Kasih Mesra”  Tidak, “ Saling Mengampuni” juga tidak tetapi minta di ampuni malah “iya” apa lagi melakukan apa yang di perintahkan dalam  Matius 5 : 44  Tetapi Aku berkata kepada mu  Kasihilah Musuh mu dan Berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Jadi pengampunan bukan hanya Sikap tetapi juga dengan perbuatan. Sungguh si hamba ini masih jauh dari yang namanya Pengampunan yang sejati.

Padahal jelaslah apa yang di katakan Matius 6 : 14 karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapa mu yang di soga akan mengampuni kamu juga.
Pengampunan adalah juga hukum tabur dan tuai (luk 6 :37 ) di mana apa yang kita inginkan berlaku juga untuk orang lain atau tolak ukurnya adalah ada dalam diri kita sendiri. Dalam cerita seorang hamba dan Raja dalam konteks kerohanian di atas jelas sekali bahwa “ Raja’ di gambarkan dengan Allah dan “ Hamba’ adalah manusia,  Allah telah memberikan pengampunan kepada kita,  Allah terlebih dahulu mengasihi kita kenapa kita tak berlaku yang sama kepada sesama kita, kita juga ingin mengampuni, mengasihi kepada sesama kita barulah Allah mengampuni kita.

Pengampunan adalah cerminan dari kehidupan rohani kita, keseriusan sebuah pengampunan juga seperti yang tertulis dalam Matius 5 :23-24  ketika kita ingin mempersembahkan segala sesuatu kepada Allah tetapi kita belum bisa mampu untuk mengampuni orang lain hendaknya kita bersama/mengampundi dulu  baru persembahannya itu berkenan di hadapan Allah.

jika seseorang telah menerima karunia Baptisan tetapi kemudian tidak menunjukan kesiapsediaan untuk mengampuni, ia tidak memahami dengan benar tindakan kemurahan Allah.  Untuk itu mari kita buktikan kasih kita kepada Allah dengan menunjukan kasih kita kepada sesama. (luk 10 : 25 )
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar