(HUMAN
RELATIONSHIP RULES AS APPLICATIONS FROM FAITH )
oleh : Sepsianto
oleh : Sepsianto
Upaya manusia dalam membangun suatu hubungan dengan
sesamanya bukanlah sesuatu yang setatis tetapi terus berkembang dan berubah,
seirama dengan kehidupan manusia itu sendiri yang berlangsung dalam kebersamaan
sebagai suatu masyarakat, dalam bermasyarakat dan bernegara. dalam tatahubungan sebagai manusia hakekatnya
adalah sama antara satu manusia dengan manusia yag lainnya, yaitu setiap
manusia di harapkan mampu menghayati dirinya sendiri sebagai induvidu dan
menginginkan di perlakukan sebagai induvidu. konsep ini sudah ada ber ribu ribu
tahun yang lalu di ajarkan oleh Isa Almasi ( Yesus ) seperti tertulis dalam
Matius ( 22 : 37, 39).
Isa dalam mengajarkan Hukum Kasihnya. Selain mengasihi Allah sebagai sang pencipta dan pemberi segala hidup umat kristen di tuntut untuk dapat mengasihi sesamanya bahkan lebih dari itu, tetapi juga untuk dapat mengasihi musuh. itulah hakekat induvidu, umat kristen dididik untuk tidak hanya memperlakukan sesamanya sebagai induvidu yang ingin di perlakukan semsetinya tetapi umat kristen di ajar untuk dapat memberikan lebih dari itu. di generasi berikutnya Paulus juga menuliskan hal ini dalam suratnya kepada jemaat di Roma ( 14 :7 ) Paulus mengajarkan bahwa kita hidup tidak untuk diri kita sendri tetapi juga untuk orang lain yang berorientasi kepada Allah.
Isa dalam mengajarkan Hukum Kasihnya. Selain mengasihi Allah sebagai sang pencipta dan pemberi segala hidup umat kristen di tuntut untuk dapat mengasihi sesamanya bahkan lebih dari itu, tetapi juga untuk dapat mengasihi musuh. itulah hakekat induvidu, umat kristen dididik untuk tidak hanya memperlakukan sesamanya sebagai induvidu yang ingin di perlakukan semsetinya tetapi umat kristen di ajar untuk dapat memberikan lebih dari itu. di generasi berikutnya Paulus juga menuliskan hal ini dalam suratnya kepada jemaat di Roma ( 14 :7 ) Paulus mengajarkan bahwa kita hidup tidak untuk diri kita sendri tetapi juga untuk orang lain yang berorientasi kepada Allah.
Manusia di lihat dari sisi perlakuan
juga terdapat kesamaan berupa harkat dan
martabat sebagai manusia yang memerlukan di hormati dan di hargai secara wajar
dan manusiawi. sementara di sisi yang lain manusia juga mahluk sosial yang juga
memiliki hakekat sosial ( kebersamaan )
berupa kecenderungan untuk berada bersama sama pada suatu tempat dan waku yang
sama dengan saling berinteraksi. kecenderungan inilah yang mendorong manusia
hidup berkelompok yang di sebut masyarakat dalam bentuk yang lebih besar lagi
di sebut Bangsa.
dalam menjalankan tata hubungan
ini manusia di tuntut untuk hidup secara
harmonis sehingga di perlukan batasan batasan masing masing induvidu, untuk menjaga
harmonisasi bermasyarakat dan bernegara itulah hakekat moralitas. untuk memberi
batasan batasan pada nilai nilai ini maka
manusia dicipta dengan mempunyai sifat Agama dan Kebudayaan sebaai patokan
hidup demikian juga sifat Agama jika
tidak ada sifat agama sistem dan nilai kerohanian dan hidup kekal tidak ada
patokan. maka melalui sifat agama
manusia membentuk suatu nialai yang mengatur hidupnya sesuai dengan
prilaku yang bertanggung jawab hari depan dan hidup kekal, untuk mensikronkan
keduanya manusia harus mempunyai sifat Kejujuran dalam menjalankan kehidupannya
baik secara sosial budaya dan juga Agama karena kejujuran tidak datang dari
luar, melainkan dari dalam diri manusia , ketika seseorang megakui kebenaran
dalam hatinya ( tidak curang, iklas, rendah hati, tidak munafik) kejujuran
adalah sikap moral yang sejati, yang berasal dari hati yang bersih dan di
terjemahkan dalam tutur kata dan perbuatan. ( Iman tanpa perbuatan pada
hakekatnya adalah mati Yak 2 : 26 ) maka jika ada Manusia yang berani jujur
terlebih lagi jujur dengan dirinya sendiri (Pikul salib sangkaldiri ) adalah
orang yang hebat karena kehebatan seseorang tidak di ukur dari seberapa tinggi
pendidikan yang di peroleh, seberapa titel yang di raih bukan pula seberapa
banyak harta yang di miliki tetapi bisa di ukur dari kejujurannya.
orang hebat tidak di hasilkan dari
kenyamanan dan kemudahan tetepi melelui kesulitan demi kesulitan serta
pengorbanan, ( Emas kilaunya dihasilkan dari pembakaran yang sangat panas dan tempaan yang kuat ) dalam membangun suatu hubungan umat kristen
harus membiarkan Tuhan berdaulat atas dirikita karena umat kristen dididik
untuk dapat memahami apa yang menjadi kehendak Tuhan, kita sadar betul sebagai
pengikut yesus segala konsekwensi dunia harus mampu kita tanggung, Ketika kerja
kita tidak di hargai , itulah saatnya belajar ketulusan , Ketika kita di
kecewakan setelah ber lelah lelah , itulah saatnya belajar kesungguhan hati,
ketika hati kita di lukai, itulah saatnya untuk memaafkan, ketika kita
kesepian, di kucilkan dan merasa sendiri, itulah belajar keteguhan, Jika semua
keinginan di penuhi kapan kita belajar ke iklasan..? Umat kristiani dididik
dengan ajaran untuk Dewasa dalam Iman maka Isa mengajarkan untuk “
Pikul Salib Sangkal diri” ini yang sangat berat, terkadang
implementasinya adalah “Pikul salib Beladiri” di mana kita
dalam bertindak walau kita tahu itu adalah salah tetapi selalu mencari pembenar
dengan alasan yang bermacam macam bahkan terkadang mencari pembenar mengutip
ayat ayat kitab.
lalu apakah sebagai umat kristiani
tidak boleh marah...? bukan tidak boleh tetapi bagai mana kita mengedepankan
kasih dengan Buah roh yang ke 9. yaitu
mengenai pengendalian diri, pembaharuan dalam hidup seorang kristiani telah di
lakukan ketika Ia di Baptis dengan Air dan Roh, ketika kita telah di lahirkan
baru kita telah meninggalkan manusia lama dan hidup dengan manusia baru yaitu
hidup dengan Roh Kudus, sehingga kehidupan itu terarah teratur dan mempunyai
Tujuan sebuah masa depan yang jelas, untuk itu di harapkan manusia yang telah di perbaharui itu bisa menghasilkan Buah yaitu : Kasih, Suka
cita, Damai sejahtera, Kesabaran, Kemurahan, Kebaikan, Kesetiaan, Kelemahlembutan
dan Penguasaan diri. (Gal 5:22-23) kemarahan ketika di ejek di uli di perlakukan
tidak adil saya yakin setiap manusia mempunyai kemarahan karena sebagai
induvidu ingin juga di perlakukan sebagai induvidu. marah emosi itu menadakan
manusia itu masih sehat tetapi ISA ingin, emosi itu kita alihkan kepada
tindakan tindakan kasih, kita balik sebuah pelecehan,ejekan, Intervensi dalam
setiap kehidupan, buli dan ketidak adailan yang kita alami sebagai bagian
mengabarkan dan bersaksi perihal Injil, sehingga Kedewasaan Iman itu teruji dan
kita dapat mewujudkan tindakan kasih kita dan kedamaian dapat teraih oleh
setiap Manusia. Sehingga Emas Itu Terlihat Kilauannya oleh setiap Manusia yang
melihatnya. ( Surat Kristus yang dapat di baca oleh setiap orang yang melihatnya)
Ref : Gambar dari google.com di edit
oleh sepsianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar