(Memberi dengan tersembunyi)
Catatan dari Ibadah 30 Jul & 6 Agust 2017
Dasar Firman Mts 6 : 3, 4
Tetapi jika engkau memberi sedekah,
janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah
sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang
tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
Yak 1 : 2,3 Anggaplah sebagai satu
kebahagiaan , apabila kamu jatuh ke dalam berbagai bagai pencobaan sebab kamu
tahu bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan
Oleh : Sepsianto
Di awali khotbah di bukit dengan Nast
ini Yesus menuntun kita kepada pemahaman yang lebih dalam tentang Perawatan
Jiwa, yaitu memberikan yang terbaik kepada sesama dengan berorientasi kepada
kehendak Allah.
Kunci yang paling penting dalam kita mengajarkan
segala sesuatu supaya berkenan di hadapan Manusia dan juga Allah adalah dengan
menyimpan apa yang menjadi kebaikan kita. pekerjaan orang kristen adalah untuk
melayani sesama, melayani secara terembunyi, dalam hal ini kita di ajarkan
sangat jelas dalmam Hukum Kasih : "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu
dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.” Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum
yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: “Kasihilah
sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”
Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab
para nabi.
Dalam
Hal ini sangatlah Jelas bahwa hubungan kita dengan sesama adalah menitik
beratkan kepada kebaikan Allah semata ( Orentasinya adalah Kehendak Allah)
bukan kepada Manusia, karena jika Orentasi kita adalah kepada manusia maka di
sebut “ Riya “yang berarti pamer atau ingin memperlihatkan bukan yang sebenarnya, yang berarti ingin
memperlihatkan perbuatan baik /positif kepada orang lain bukan kepada Allah,
tetapi karena sesuatu selain Allah dengan harapan mendapatkan hormat, pujian atau
penghargaan atau motivasi yang lain lainnya dan inilah yang biasa di sebut
dengan sifat Munafik,
Orang
kristen di lahirkan untuk bersabar dan Melayani serta bertekun, Kadang kita protes, kenapa
kita yang bekerja keras tetapi yang menikmati justru orang lain. Ini bicara tentang prinsip memberi, di mana kita bukan
bekerja untuk hidup, tetapi bekerja untuk memberi buah ( Buah Buah Roh ) Kita
bekerja keras supaya kita dapat memberi lebih banyak kepada orang lain yang
membutuhkan, bukan untuk kenikmatan sendiri. Terkait hal ini terkadang kita
sebagai orangkristen merasa di rundung dilema
bagai mana tidak ketika kita berusaha untuk menjadi lebih baik ( seorang
kristen yg taat ) kita di hadapka pada perintah perintah Allah yg berlawanan
dengan keinginan Daging kita (Jasmani) seperti misalnya ada tertulis :
Cukupkan dirimu dengan apa yang ada padamu, tapi
jangan pernah berkata cukup untuk memberkati orang lain dengan pemberian kita. Semua kebenaran di dunia
ini harus melewati tiga langkah. Pertama
ditertawakan, kedua ditentang dengan kasar, dan ketiga diterima tanpa
pembuktian dan alasan sebagai
seorang kristen ini adalah makanan kita sehari hari. Lalu apakah kita akan
menyerah..? tidak ..! kita harus kembali kepada Diri kita sendiri
sebagai tolak ukur untuk berbuat segala sesuatu kepada orang lain, ( Hukum
Kasih yg ke dua )
Belum pernah Kita
berurusan dengan sesuatu yang lebih sulit daripada jiwa Kita sendiri, yang
kadang-kadang membantu Kita dan kadang-kadang menentang Kita. Yang paling besar di bumi ini bukan gunung
dan lautan, melainkan hawa nafsu yang jika gagal dikendalikan maka kita akan
menjadi penghuni neraka. Kalau besar yang
dituntut dan mulia yang dicari,maka payah melaluinya, panjang jalannya dan
banyak rintangannya. Kebahagiaan terletak pada kemenangan memerangi hawa
nafsu dan menahan kehendak yang berlebih-lebihan.
Ada satu gambaran
yang menarik ketika kita berbicara mengenai “ Riya/Pamer” hal ini di gambarkan dan di ilustrasikan
seperti “ Ayam dan Penyu “ Seperti yang kita ketahui Ayam adalah
binatang yang suka berbuat Riya, bagaimana tidak dari muali persiapan dia
bertelur dia sudah berkotek kotek sehingga satu kampung pun tahu bahwa dia
ingin bertelur, bahkan setelah bertelor pun ia masih saja berkotek kotek.
Riia seperti yang ayam lakukan ini termasuk
dalam “Ria Niat” dan “Ria Perbuatan”
Ria Niat : Dalam Halini yang
berkaitan dengan hati atau rasa atau perasaan, yang dari sejak awal dperbuatan tidak didasari dengan ke kilasan atau
sudah didasari niat Riya. Dan hal ini di ketahui hanya oleh Allah dan dirinya
saja, hal ini sangat berbahaya karena : Selalu ingin di puji dihormati, tidak bersungguh sungguh bahwa hal itu
di lakukan berorientasi kepada Allah
Ria Perbuatan : Menunjukan, memamerkan perbuatannya di depan orang
banyak agar perbuatan tersebut di puji,
di sanjung di perhatikan, dan ini juga tidak kalah bahayanya keranda Berpotensi saling bermusuhan,
menimbulkan konflik karena mengungkit apa yang ia lakukan kepada orang lain,
sehingga orang lain membencinya.
Lain Halnya dengan
Penyu ketika Ia ingin bertelur Ia menunggu Waktu Sepi, diam diam dan di kubur
sehingga tak ada yang tahu Kalau Ia telah memberikan yang terbaik dari dirinya.
Untuk itu kita
haruslah mencontoh keteladanan Penyu dalam hal Berbuat baik, Memberi sedekah, atau
memberikan nilai Tambah Kepada Orang lain, dalam kita melayani atau memberikan
segala sesuatu yang baik kepada orang lain haruslah didasari dengan rasa
Iklas yang di bungkus dengan “ Kepekaan”
Untuk
dapat bersikap “Peka” dan peduli di
butuhkan tingkat kematangan kepribadian tertentu. Contohnya bagi anak kecil
yang masih bersifat egosentris, yang cenderung melihat persoalan dari sudut
pandangnya sendiri memang masih di temui kesulitan, tapi hal tersebut pun tidak
di alami hanya oleh anak kecil saja banyak juga orang orang dewasa yang
mempunyai kepribadian Egosentris,
semua persoalan benar dari sudut pandang sendiri, dan cenderung tidak mau
menerima penjelasan orang lain dan memakluminya, namun bukan berarti mereka
belum belajar karena secara berlahan mereka dapat mengerti Bahwa kita di
ajarkan oleh Yesus, Isa Almasi untuk
menjalankan Hukum Kasih
Kunci yang paling penting dalam kita mengajarkan kepekaan dan kepedulian ialah bagai mana sikap kita untuk tidak gampang menyerah dengan senantiasa bersabar, karena Kesabaran merupakan salah satu dari buah buah Roh, Karena kita Hidup oleh karena Roh hendaklah Roh itu Tumbuh, Berkembang, dan Berbuah. ( Gal 5:22,23) sabar bukan hanya di dalam menghadapi segala sesuatu problematika kehidupan jasmani saja tetapi Sabar dalam Pengikutan Kita Kepada Allah Bapa Kita, Hendaklah pengikutan Kita tidak terputus, tidak terhenti dari Hulu Hinga Hilirnya, kita harus senantiasa “ Bertekun “ Sebab dari segala kesengsaraan akan menimbulkan sebuah ketekunan, dan ketekunan menimbulkan Tahan Uji, dan Tahuan uji menimbulkan pengharapan. Rhm 5 : 3,4 . maka pada Ahkitrnya Marilahkita bersabar terhadap sesama kita dan juga bersabar pada diri Kita Sendiri ( Buh Roh ke 9 ) “ Pengendalian Diri “
Dan ada
tertulis Bahwa Jika Kita Memberi dengan
tersembunyi Maka Bapa Yang tersembunyi akan memberikan kita UpahNya.
Ref : TUK-NAC
Juli 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar